Jumat, 21 September 2012

Trip before Ramadhan (Part V): Pelajaran Unik dari Si Tukik di Pantai Pangumbahan



Gurun Pasir di Pangumbahan
Haloo..maaf agak lama melanjutkan postingan sebelumnya, biasalah karena ada satu dan lain hal (terutama malas yang merajai), jadilah baru kali ini saya dapat melanjutkan cerita penjelajahan di Ujung Genteng. Hmm..sekarang udah episode perjalanan menuju Pantai Pangumbahan ya? Hehehe... Yok kita lanjutkan perjalanan, kapteeen! :p



Dari bangunan konservasi menuju pantai
Perjalanan menuju Pangumbahan ternyata tak sedekat yang saya kira...hahahaha.. Padahal tadinya udah nekat mau jalan kaki! :p Perjalanannya lumayan jauh, maaf saya tidak bisa memperkirakan seberapa jauhnya karena sebenernya saya juga kurang mengerti masalah ukuran jarak :D. Nah, jarak yang lumayan jauh ini semakin terasa jauh karena kondisi jalan yang berbatu dan bikin badan bergoyang-goyang. Kami juga sempat melewati jalanan sempit dengan rumah yang tampak seperti tempat uji nyali, untungnya tidak ada penampakan dari situ :p. Sepanjang jalan yang kami lalui, pemandangan kanan dan kiri kami adalah rumah-rumah penduduk. Kami jadi seperti berjalan di antara gang-gang perumahan.
penyu besar
Di dalam mobil, semakin jauh perjalanan, semakin besar pula rasa penasaran kami. Jangan-jangan kami tersesat. Sekitar 15 menit perjalanan, kami menemukan bangunan berpagar tinggi, kami pun masuk untuk menanyakan di mana letak konservasi penyu Pantai Pangumbahan berada. Ternyata, di situlah tempatnya, saudara-saudara! Petugas meminta kami memarkir mobil dengan benar dan mempersilakan kami untuk masuk ke dalam lingkungan konservasi. Kami belum melihat pantai di sini.  Jadi, di mana Pantai Pangumbahan itu? :D
ada tukik albino :D


Di gerbang gurun :D
Ternyata, letak Pantai Pangumbahan ada di dalam. Setelah melewati gerbang, kami melihat beberapa kandang berpasir, ada juga yang berisi bak berair. Ya, ada beberapa penyu di sana. Ada yang berukuran besar, sangat besar, bahkan, ada pula penyu kecil yang bule alias albino. Sayang, foto yang kami dapatkan kurang jelas. Kandang itu hanya berupa pasir yang dipagari cukup tinggi, tapi ada plastik yang menutupi pagar sehingga kalau kami ingin melihat, kami harus melihatnya dari atas pagar. Untung di sekitar situ ada kursi kayu nganggur, jadilah kami menaiki itu untuk melihatnya..hihihihi...:p
lomba lari di pantai, asyik!!!
silau meen!! :p
Pantai Pangumbahan memang dijadikan tempat konservasi penyu. Sebenarnya, konservasi penyu itu sendiri ada beberapa pos di Pangumbahan, tapi hanya pos pertama (tempat yang kami datangi ini) yang terbuka untuk umum. Pos yang lain hanya boleh dikunjungi oleh petugas konservasi. Untuk masuk ke konservasi ini, kami membayar Rp5.000,00/orang. Uang tersebut akan digunakan untuk kegiatan konservasi penyu di sini.  Pada pukul setengah enam sore, akan ada kegiatan pelepasan tukik (anak penyu), dan memang kegiatan itu yang ingin kami lihat. Dan saat kami sampai di sana, waktu baru menunjukkan pukul setengah empat. Yasudahlah, kami dapat bermain di pantai sambil menunggu waktu untuk berjumpa dengan tukik-tukik itu :). Sebelum masuk pantai, petugas mengingatkan kami untuk tidak bermain terlalu dekat dengan pantai karena ombaknya yang besar.
bocah (sok) kota yang ndeso :p

di antara pengunjung yang ramai

Begitu kami memasuki wilayah pantai, hmm..subhanallah... kami justru melihat dataran berpasir yang begitu luas. Sungguh pemandangan indah ciptaan Yang Maha Sempurna. Beberapa di antara kami justru bingung karena kami seperti berada di tengah-tengah gurun pasir. Tak ada air, apalagi tukang es buah! :D Cuacanya memang panas, tapi angin juga tak berhenti berhembus sehingga kami tak merasa kepanasan. Layaknya bocah (sok) kota yang baru sampai ke pantai, kami langsung menikmati keindahan di depan mata ini. Saat itu pantai masih sangat sepi, seperti pantai milik kami sendiri :p. Kegiatan yang kami lakukan pun bermacam-macam, mulai dari yang biasa seperti foto-foto, sampai yang agak absurd seperti lomba lari, tapi sayang, kami tidak sempat bikin video klip ala One Direction :p. Oh iya, di sini kami belum melihat air lautnya, kami hanya dapat mendengar gemuruh ombaknya. Kami pun berjalan agak ke depan untuk melihat lautnya. Daaaaaan... Segala pujian pun terucap bagi-Nya... hanya Dia yang mampu mencipta seindah panorama saat itu.
look at the sun!

Ombak pantai ini memang begitu besar. Agak seram melihatnya bergulung-gulung ke tepi pantai. Mungkin karena itulah pasir di pantai ini begitu halus, hampir seperti tepung terigu. Hanum mulai mengumpulkan beberapa kerang dari pasir. Bentuknya benar-benar halus seperti diamplas, tapi ini amplas alami :). Tak terasa, semakin banyak orang di antara kami. Waktu pun menunjukkan pukul setengah enam sore. Petugas mulai datang dengan membawa bak hitam berisi tukik. Kami, para pengunjung, dikumpulkan untuk diberi pengarahan. Para pengunjung tidk diizinkan untuk membantu tukik ketika para tukik berjalan menuju laut. Tidak boleh membalikkan badan tukik ketika tukik terbalik karena empasan ombak. Pengunjung hanya boleh memotret dan merekam video. Ya, betapapun perjuangan tukik untuk sampai ke laut, mereka tetap harus berusaha sendiri.  
semangaaaaaaaattt!!! \(^.^)/
Sore itu, ada sekitar 90 tukik yang dilepaskan. Tukik-tukik itu baru berumur satu hari. Kenapa harus dilepaskan pada sore hari seperti ini? Supaya tukik-tukik ini tidak dimangsa oleh hewan lainnya. Sesaat sebelum tukik dilepaskan, kami sudah membagi tugas, ada yang memotret, ada juga yang mem-video-kan. Akhirnya, tukik pun dilepaskan. Suatu peristiwa yang mungkin tidak akan saya lupakan. Bahwa ternyata perjuangan tukik-tukik ini begitu mengagumkan. 
pantang menyerah, yeaayyy!!!
Ombak mengempaskan mereka sampai tubuh mereka terbalik. Tetapi mereka berusaha bangkit dan berbalik lagi. Kejadian itu pun tak hanya berlangsung sekali, tapi berkali-kali. Beberapa orang pengunjung semakin maju dan maju untuk melihat tukik tersebut, tapi saya justru menjauh mundur. Saya takut justru nanti akan menginjak tukik yang terkena empasan ombak, maklumlah.. walaupun kaki punya mata, tapi tidak bisa melihat.. :p
langkah meninggalkan jejak ;)
Matahari pun mulai mundur malu-malu menuju peraduannya. Waaaaaahhh...sunset! Meski tak jelas terliihat, jingganya langit menemani sore kami. Menemani perjalanan panjang si tukik menuju laut. Konon, menurut petugasnya, dari sekitar 100 tukik yang dilepas, mungkin tak lebih dari 10 tukik yang bisa bertahan hidup. Luar biasa memang perjuangan tukik ini. Itu sebabnya ada konservasi ini. Bahkan saat baru berupa telur, banyak calon tukik yang tidak selamat. Banyak pula penyu yang tidak bisa bertelur karena berbagai gangguan. Kata petugasnya, ketika bertelur, keadaan di sekitar penyu harus gelap dan sepi. Waktu bertelurnya sekitar tengah malam sampai dini hari.

Bertambah lagi pelajaran yang saya petik dari perjalanan ini. Memang, selalu ada pelajaran dalam setiap perjalanan. Setidaknya, itu menurut saya. Begitu pula dari perjalanan di Pangumbahan ini. Perjuangan tukik yang unik  ini semakin menambah rasa syukur saya. Dari tukik ini saya belajar. Bahwa tak ada hidup yang mudah. Semua butuh perjuangan, tidak sedikit dan tidak sesaat. Selama kita hidup, selama itu pula kita tetap harus berjuang. 
Sunset at Pangumbahan
Terima kasih, untuk uniknya sebuah pelajaran, wahai tukik lucu. :) Oiya, satu lagi pelajarannya, kalau ke sini dengan jarak waktu yang cukup lama sampai waktu pelepasan tukik, ada baiknya membawa camilan dan minuman secukupnya, karena di Pantai Pangumbahan tidak ada penjual makanan..hahahaha.. Untungnya, saat itu naga-naga di perut kami terselamatkan dengan sekantong pilus dan sebotol besar air mineral :D Tapi ternyata itu belum cukup, sebentar lagi waktunya makan malam. Yuk mareee kita bergegas ke tujuan berikutnya... ;)
lompatan yang kurang kompak :p



formasi langkap yang kurang lengkap tanpa Kenny :D


3 komentar:

  1. Di antara semua episode trip before ramadhan, gw rasa ini tulisan yang terbaik (sok jadi kritikus). hahhaahah. Keren rin!
    btw tukik itu bahasa lain penyu ya? hooo gw baru tau :p

    BalasHapus
  2. cemungudh kakak! :D btw itu foto2 gw diaku2 jelajah jejak bayar royalti dulu sama yg motret nih, :P @hanum: mentang2 lg kuliah teori kritis :P

    BalasHapus
  3. @Hanum: Tukik itu anak penyu/penyu kecil. Kalo yg udah berumur namanya baru penyu.. :D

    @Ageng: Ini foto dari koleksi pribadi kita kan.. gw, lo, Hanum, n Lia.. jd royaltinya untuk bersama ajaa.. :p

    BalasHapus