Selasa, 14 Agustus 2012

Trip before Ramadhan (Part IV): Rehat Sejenak di Pantai Cibuaya


Jalanan "tidak ramah" buat mobil
Gapura Desa Pangumbahan

Peta Wisata Ujung Genteng
Jalanan menuju Pantai Pangumbahan berbatu dan berdebu. Baru sebentar berjalan, kami sudah disambut gapura yang menyatakan selamat datang di desa Pangumbahan. Tak melewatkan kesempatan itu, saya dan Ageng pun langsung berfoto di situ. Ternyata ada patung penyu juga. Saya pun semakin semangat menuju Pangumbahan. Pasti tempatnya tidak jauh dari sini, begitu pikir saya awalnya. Tak sengaja, kami melihat peta Ujung Genteng di dekat  gapura tersebut. 

Waaah..ternyata perjalanannya cukup panjang, hahaha.. Kami dapat melewati beberapa pantai untuk sampai di Pangumbahan. Ya sudahlah, hajar saja. Toh kan memang mau menikmati pemandangan. Saya dan Ageng pun melanjutkan berjalan.

Patung penyu
Saat melihat peta itu, kami baru tahu kalau ada tempat pelelangan ikan di Ujung Genteng. Harusnya, kami sudah tahu ini sebelumnya, kan namanya juga pantai, masa nggak ada ikannya? :D Saat itulah tercetus keinginan untuk dinner di pelelangan ikan. Ssluuurrrpp… air liur ini hampir saja melompat membayangkan berbagai hidangan seafood yang menjadi menu dinner kami nanti. Peta yang kami lihat ini sepertinya memang peta yang diperlihatkan untuk para wisatawan yang ingin berkunjung ke Ujung Genteng dan sekitarnya. Seingat saya, pantai paling ujung di peta itu ya Pantai Pangumbahan, sedangkan ujung satunya lagi adalah tempat pelelangan ikan. Siplah, kami sudah mulai bisa mereka-reka.
sepertinya peternakan :D

Rerimbunan di Cibuaya
Selama perjalanan, kami melihat beberapa orang bermobil dan bermotor melihat dengan tampang aneh cenderung kasihan melihat kami. Apa yang aneh ya dari kami? Jangan-jangan kami salah jalan, saya dan Ageng pun sempat bimbang. Apakah kami berada di jalan yang benar? :D. Sebab, ada lagi satu jalur di dekat pantai yang dilalui oleh beberapa motor. Jalur yang saya dan Ageng lalui justru lebih banyak dilewati oleh mobil. Jalur ini dihiasi berbagai macam penginapan di samping kanan dan kiri. Kami juga sempat melewati wilayah yang sepintas terlihat seperti peternakan. Ada sapi, kuda, dan domba juga di situ. Kami memutuskan terus berjalan sampai kami melihat sebuah pantai di sebelah kiri. Pantai yang birunya membaur dengan langit. Kami pun segera menyeberang ke jalur satunya, melewati sebuah komplek penginapan. Ternyata pantai inilah  yang memang akan dilewati ketika hendak ke Pangumbahan. Melihat ombaknya yang dekat, kami tergiur untuk singgah terlebih dahulu di sini, Pantai Cibuaya.

Pantai Cibuaya
Pasir Kerikil di Cibuaya
Pasir di pantai ini cenderung kasar. Lebih kasar dibanding pasir di pantai depan penginapan kami. Bisa dibilang, ini bukan pasir. Lebih tepat disebut butiran karang dan kerikil. Mungkin karena itu ya, pantai ini disebut Cibuaya, kasar seperti kulit buaya *ngasal* :p. Suasana di Pantai Cibuaya ini luamayan adem karena ada banyak pohon di sisi-sisinya. Banyak juga beberapa penjual makanan dan…. ES BUAH! Sepertinya segar banget nih kalau minum es buah di pinggir pantai dengan cuaca panas seperti ini. Saya sempat mengutarakan keinginan saya untuk minum es buah, Ageng setuju. Tapi kami berniat untuk bermain di pantai dulu baru minum es buah.
Biru Langit

Kami menyapa air laut di pantai ini sejenak. Berfoto di tepiannya *tetep*. Ageng sempet nyebur, tapi saya tidak. Cukup memainkannya dengan tangan saya :D. Kalau di pantai sebelumnya saya berjalan tanpa alas kali, di pantai ini saya tetap memakai alas kaki saya. Batu-batuannya menusuk soalnya :D. Karena sudah agak sore, birunya langit saat di pantai ini terlihat begitu menawan. Saya baru menyadari ketika melihat foto hasil jepretan Ageng. Langitnya biru cerah! :). Sudah lumayan bermain air dan berfoto-foto. Saya dan Ageng memutuskan untuk kembali berjalan. Ya, perjalanan menuju pangumbahan masih panjaaang :D.
Birunya Cibuaya
Baru sejenak kami beranjak, telepon saya berbunyi, ternyata Hanum. Hanum memberi kabar kalau dia dan yang lain sudah dalam perjalanan menuju Pangumbahan. Saya dan Ageng pun bergegas ke tepian pantai yang mendekati jalanan. Kami mengurungkan niat kami untuk beli es buah, khawatir Hanum dan yang lain keburu lewat. Ya, setelah kami pikir-pikir, kami lebih baik naik mobil saja daripada berjalan. Toh tujuan utama kami memang Pantai Pangumbahan. Lama sekali kami berdiri di tepian jalan, mengamati mobil berwarna silver yang lewat satu per satu. Kalau saat itu kami beli es buah, sebenarnya masih bisa. Sayang, kami terlalu terburu-buru :D.
main aiiirrrr...

Ternyata, karena jalanan yang kurang baguslah yang menyebabkan mobil tidak dapat berjalan terlalu cepat. Saya sempat menanyakan Ageng, apakah dia hapal plat nomor si silver itu. Ternyata, tidak. Kami sama-sama bingung menentukan mobil mana yang membawa teman-teman kami. Pasrah, kami pun berharap memang mereka belum melewati kami. Sebab, kami memang berdiri tidak persis di pinggir jalan.
Langit di Cibuaya
 Kami berdiri di dekat pantai. Sampai akhirnya, kami melihat mobil silver yang di dashboard-nya ada boneka angry bird! Ya, kami ingat! Itu pasti si silver, mobil yang membawa teman-teman kami. Saya dan Ageng lompat-lompat sambil melambaikan tangan, seolah-olah kami adalah anak yang tersesat di sebuah pulau antah berantah :D. Alhamdulillah, mobil menepi. Di dalamnya, kami menemukan wajah-wajah familiar. Karena kami tidak mau menyia-nyiakan si silver yang sudah bersedia mengangkut kami, saya dan Ageng memutuskan untuk bergabung dengan Juned, Ail, Hanum, dan Lia di dalam mobil :D. Yeah, ayo kita lanjutkan perjalanan menuju Pantai Pangumbahan!   
perjalanan masih panjaaaang.. :D

3 komentar:

  1. Ujung Genteng tuh sebetulnya seru ya, hanya memang jalannya cukup panjang kesana. Tapi itu dia, jadi banyak cerita kan?! Ini masih berlanjut kan ya. Oh ya, jangan lupa kirim email ke kami ya Rien:)

    BalasHapus