Rabu, 29 Desember 2010

Di balik sedih, ada bahagia menanti... (ihiiiiy!)

Kali ini yang saya posting bukan tentang perjalanan dengan makna denotasi, melainkan dengan makna konotasi. Perjalanan memang tidak hanya tentang soal pergi ke satu tempat atau sampai ke tempat tertentu, bukan? Perjalanan juga merupakan sebuah proses. Proses untuk sampai ke sesuatu yang menjadi tujuan. Perjalanan adalah proses, begitu juga dengan hidup. Agak berat memang analoginya, hehe... Tapi kali ini saya memang ingin menulis tentang perjalanan hidup, proses dalam hidup. Banyak sebenarnya yang dimaksud dengan proses dalam hidup, tetapi saya hanya ingin menulis tentang salah satu yang simpel, sedih dan bahagia. Itu pun tidak secara keseluruhan karena berbagai keterbatasan.


Sedih, bahagia. Dua hal yang pastinya pernah dialami setiap manusia yang hidup. Dua hal yang berbeda, tapi bisa saja dirasakan di saat bersamaan. Dua hal yang kontras, tetapi dapat terlihat sama jika dilihat dari di sisi yang berbeda. Dua hal yang memang seharusnya "dinikmati dan dimaknai", bukan hanya "dirasai dan diratapi".

Di balik rasa sedih, sebenarnya ada bahagia yang mengiringi. Sayangnya, mungkin ini tidak disadari olah sebagian besar orang. Ketika kita sedih karena salah satu anggota badan kita sakit, anggota badan yang lainnya justru sehat. Kesehatan tersebut adalah kebahagiaan yang mungkin saja tidak "terlihat" dan "terasa" karena kita terlalu fokus pada satu yang sakit itu. Begitu juga misalnya kalau kita merasa bahwa ada satu orang yang membuat kita sedih dan menagis. Di sisi lain, mungkin juga kita tidak menyadari bahwa ada 10,100, atau bahkan 1000 orang (lebay..hehe..) yang justru membuat kita tertawa dan bahagia. Fokus perhatian dan perasaan yang mungkin membuat kita justru melupakan dan mengabaikan itu.

Saya pernah membaca dari sebuah buku yang saya tidak ingat judulnya apalagi pengarangnya (maaf, mengutip tanpa menulis sumber, dan saya juga tidak dapat memastikan isi kutipanya sama persis dengan buku atau tidak hehehe...) bahwa ketika ada satu alasan yang membuat kita menangis dan merasa sedih, tetapi dunia punya 1000 alasan yang membuat kita tertawa dan merasa bahagia. Satu dan seribu lebih banyak seribu, bukan? Jadi berbahagialah! 


NB: Ini hanya tulisan iseng yang dibuat oleh orang yang masih belajar menulis. Kebenaran tulisan tidak dijamin, jadi nggak usah terlalu serius bacanya, hehehe... (^^)v


3 komentar:

  1. sepertinya ada hubungannya dengan status GTalk beberapa waktu yang lalu nih, hihihi... ;))

    BalasHapus
  2. hai..selamat tahun baru..
    tulisan yang bagus, saya setuju dengan analogi anda. jika dikaitkan dengan pengalaman hidup saya, alasan saya untuk bahagia memang lebih banyak dari alasan untuk meratapi sedih.

    oya, btw anda kan bilang, berbahagialah..!
    itu bukan berarti lari dari sedih, kan? karena kalau iya, wah saya kok kagum skali ya, ada orang yg semudah itu lari dari sedih meski alasan untuk bahagia yang anda maksud dapat dikatakan lebih banyak.
    terkadang alasan untuk sedih lumayan cukup banyak bahkan mungkin sangat banyak (maksa, he..)jadi, sepertinya kita memang perlu sekali-kali sedih agar tidak melulu bahagia yang bisa bikin kita lupa.
    lupa apa? ya anda tahu lah kalau orang keliwat seneng. hahaha... Tuhan memang sangat adil dalam hal ini..semua kembali kepada kita masing2 sih ya, Rin..
    itu hanya pendapat saya saja, kok hehe..oke, ditunggu ya tulisan selanjutnya..semangat, Rin

    BalasHapus
  3. Juna: status yang mana yaa??? :p

    Anes:tengkyuuu...ditunggu juga tulisan lo slanjutnyaa..hehe.. :D

    BalasHapus