Minggu, 28 November 2010

Perjalanan ala Buku Petualangan di Pulau Sempu

Pantai Sendang Biru
Setelah sekian lama menelantarkan blog ini, saya berusaha untuk mulai menulis kembali, mencoba melawan rasa malas yang luar biasa ini (hehe..). Memang the power of malas (halah..) sering kali mengganggu bahkan menghalangi niat baik kita yang sudah sejak lama kita tekadkan. Kali ini, saya tekadkan untuk menulis kembali, sekadar berbagi cerita tentang pengalaman saya ke Pulau Sempu, Malang, Jawa Timur.

Perjalanan ke Sempu ini tercetus tidak sengaja. Awalnya, sudah sejak lama saya merencanakan untuk berkunjung ke Gunung Bromo, sayangnya, saat waktu keberangkatan saya semakin dekat, status Gunung Bromo adalah siaga, teman-teman seperjalanan kemudian menganjurkan untuk berganti tujuan dari pada kami nekad menantang maut dengan keukeuh ke Bromo.


Track yang berlumpur, licin,
dan "dihiasi" ulat bulu
Sejak awal pembicaraan mengenai tempat ini (Pulau Sempu) yang paling menonjol adalah masalah sulitnya medan yang harus dilalui untuk sampai ke sana. Teman-teman khawatir, ini akan jadi perjalanan yang sangat melelahkan apalagi bagi perempuan. Saya, yang entah berjiwa setengah laki-laki dan perempuan ini justru merasa penasaran. Ini akan jadi pengalaman yang berharga bagi saya. Apalagi, satu kenyataan yang tidak bisa dilepaskan, saya SANGAT SUKA JALAN-JALAN!!! :-P Semakin mantaplah niat saya untuk menjelajahi pulau itu.

Ternyata, medan berat itu memang bukan hanya isapan jempol atau (seperti pemikiran saya) kekhawatiran yang berlebihan. Medannya memang berat. Bukan apa-apa, tapi karena saat saya ke sana (November 2010) adalah musim hujan, semakin menyulitkan perjalanan menuju Pulau Sempu.

Menuju jembatan dahan pohon
khas buku petualangan, haha.. 
Pulau Sempu terletak di Malang, tepatnya saya kurang tau (haha...). Kendaraan hanya dapat mengantarkan sampai ke Pantai Sendang Biru. Pantai pasir putih dengan banyak kapal di tepiannya. Untuk sampai ke Pulau Sempu, kita harus menaiki perahu selama kira-kira 15 menit. Sebentar ya? memang sebentar, tapi setelah itu lah petualangan yang sebenarnya (saelaaaah..). Perahu hanya mengantarkan ke bagian belakang pulau, sedangkan pantai yang luar biasa indahnya itu ada di balik pulau. Dengan kata lain, kita harus jalan kaki untuk mencapai ke sana. Jalan melewati hutan dengan kondisi berlumpur dan licin karena musim hujan. Di hutan itu, saya dan teman-teman tiak menggunakan sepatu karna begitu licinnya. Kami khawatir, jika kami menggunakan alas kaki malah membuat kami berkali-kali terjatuh. Kenyataannya, walaupun kami melepas sepatu, tidak ada yang tidak pernah terjatuh selama perjalanan, hahhaha...Perjalanan kami di hutan "disuguhi" beberapa ulat bulu yang menempel di pohon (warnanya belang-belang pula...), beberapa pohon tumbang yang menghalangi jalan (gak cuma segede pohon pisang, pohonnya guede banget!), beberapa kubangan air (yang semakin menambah licin), jembatan dari batang pohon (saya kira, ini hanya ada di cerita-cerita petualangan ternyata, beneran ada yaa jembatan batang pohon dengan bawahnya yang berupa air serta batu-batu tajam), serta duri-duri yang tak terhitung jumlahnya yang memberi "oleh-oleh" bagi kaki kami, benar-benar perjuangan yang ruarrr biasa!Sayangnya, selama perjalanan, saya tak banyak mengambil gambar. Jadi, hanya ada beberapa gambar  yang dapat saya perlihatkan untuk memberi gambaran tentang track di sana.

Sebenarnya, jarak yang harus kami lalui hanya sekitar 2,5 km (kata bapak pemandu), tapi ternyata kami membutuhkan waktu 3 jam untuk akhirnya sampai ke pantainya. Yang pertama kali saya lakukan ketika melihat pantai adalah menceburkan diri (dan ujung-ujungnya berdampak pada hp yang lupa masih tersimpan manis di saku calana saya, hehe..). Dengan keadaan yang luar biasa dekil en kumel, surga banget rasanya melihat air setelah 3 jam berjibaku dengan lumpur, duri, dan batu. Inilah gambar pantai yang ternyata butuh usaha yang cukup besar untuk bisa mencapainya.

Pantai di Balik Pulau Sempu

3 komentar:

  1. setengah laki-laki setengah perempuan? ;))
    kirain gk setengah-setengah, tapi laki-laki aja, haha.. :))

    BalasHapus
  2. keren tuh pantainya... tapi komen di atas nyorotnya sama kaya gua, tentang status kelelakian dan keperempuanan...hahah

    BalasHapus
  3. Juna: eehh..kurang ajar ye lo!

    Amir: yoiii..sempet ke pantai ini gak waktu di Pare? siauuuu...sama aja ye lo b2.. -__-

    BalasHapus