Selasa, 29 April 2014

Sepotong Cerita tentang Seorang Guru


Wah..udah lama juga yaa nggak curhat di blog...Udah kebanyakan tempat curhat.. *eh haha.. Bukan deng...emang lagi (sok) sibuk sampe gak sempet nulis curhatan yang panjang lebar..*eaaa..

Tapi kali ini saya ingin menulis curhatan....hmm..mungkin lebih tepatnya bercerita.. iya, cerita tentang seorang guru yang sangat saya kagumi dan baru saja meninggal dunia hari Sabtu (26/04) kemarin. Mulai dari mana ya..hmmm.. Oke, begini ceritanya...


Pertama kali saya kenal beliau di kelas 2 Tsanawiyah, beliau adalah guru untuk mata pelajaran Hadits. Guru hadits saya waktu kelas 1 memang berbeda begitu pula cara mengajar dan cara mengujinya. Jadi, begitu kelas 2 saya kaget campur bete pas liat nilai ujian hadits saya yang tidak lebih dari 30 padahal pas kelas satu, nilai saya masih bagus. Seingat saya, saat itu tidak ada satu siswa pun yang dapat nilai lebih dari 50. Tahu sebabnya apa? Iya, karena kami tidak benar-benar menghapal. Sejak saat itu dan sampai saya lulus sekolah, pelajaran Hadits adalah salah satu pelajaran yang saya pelajari dengan sangat serius. Mau tahu apa yang diujikan setiap kali ujian? 5 hadits hapalan yang harus benar-benar dihapal, salah titik atau harokat saja sudah pasti mengurangi nilai. Yang diujikan memang hanya 2 hadits, tapi bagaimana bisa tau hadits mana yang akan keluar dalam ujian? kalau yang keluar bukan yang sudah dihapal? tamatlah..hehehe.. Selain 5 hadits tersebut, kami juga harus menghapal nama para shahabat Rasulullah SAW. Tidak hanya namanya, misalnya Umar atau Abu Bakar, tetapi juga nama beberapa generasi di atasnya, minimal nih minimal, kami harus hapal nama ayah dan kakeknya. Kalau seperti nama Abu Bakar itu malah lebih rumit lagi, Abu Bakar itu nama sebenarnya siapa? ayah dan kakeknya? luar biasa kan? Selain itu, kami juga diminta untuk menerjemahkan dua hadits. Terakhir, soal ujian berisi kata-kata yang ada di dalam hadits. Untuk soal ini, kalau ketika menerjemahkan di kelas terlewat apalagi sampai tidak pernah dibaca, yaudah...selamat dapet zonk! 

Yang saya ingat dari beliau adalah pengabdiannya dan kesederhanaannya. Tidak pernah sekali pun saya melihat beliau marah dengan membentak-bentak. Ketika jam pelajaran beliau, saya selalu merasa seolah-olah berada di zaman Rasulullah, diceritakan apa saja yang terjadi pada masa itu, diperkenalkan dengan shahabat-shahabat Rasulullah. Iya, benar. Kami tidak mungkin disuruh menyebutkan nama shahabat Rasulullah kalau sebelumnya tidak diajarkan, bukan? Setiap dimulai satu hadits, para shahabat yang disebutkan dalam hadits selalu dijelaskan terlebih dahulu. Siapa namanya, siapa ayah dan kakeknya, dan kapan wafatnya. Kadang-kadang juga kami diberitahu beberapa peristiwa yang berkaitan dengan tokoh shahabat Rasulullah tersebut. Ah, saya jadi makin rindu masa-masa itu.. :')

Suara beliau khas sekali jika sedang mengajar kami. Jadi, kalau beliau mengajar di kelas sebelah, dari suaranya kami juga sudah tahu. Apalagi ketika beliau menjadi imam sholat atau mengisi ceramah. Subhanallah... Saya juga ingat, sambil mengajar kami (menerjemahkan hadits) beliau biasanya berkeliling kelas, tidak hanya berdiri di depan kelas. Dengan begitu, kami tidak mungkin bisa tidur di kelas selama jam pelajaran berlangsung (kalau untuk pelajaran lain masih bisa soalnya..hihihi.. :p). Sambil berkeliling, sesekali beliau memeriksa isi kotak pensil siswa-siswanya. Kalau ada yang agak 'aneh' biasanya beliau akan menanyakan yang punya.. Pernah ada yang ketauan bawa foto cowo tuh dulu... tapi beliau nggak melaporkan sih..haha...cuma yang bawa aja tuh mungkin jadi agak malu (ketahuan sekelas kan.. :p). Jadi pelajaran juga sih buat yang lain supaya gak nyimpen yang aneh-aneh di tempat pensil.. :D 

Hmm... apa lagi yaaa? Oh iya, walaupun susahnya amit-amit ketika ujian (nilai tertinggi setiap ujian tidak lebih dari 80), hadits ini jadi salah satu pelajaran favorit saya. Seperti yang sudah saya jelaskan sebelumnya karena saya seperti bisa merasakan zaman ketika Rasulullah masih hidup. Sampai saat ini, kitab hadits menjadi salah satu kitab yang masih suka saya baca-baca seperti membaca buku lainnya. Padahal kitab, tetapi membacanya memang seperti membaca cerita.. Mungkin sayangnya, ketika saya membacanya sekarang dan ada yang tidak saya pahami, saya tak lagi bisa menanyakan, apa maksud kata ini? apa maksudnya shahabat melakukan ini? Ketika peristiwa apa hadits ini diambil? ah...

Saya juga ingat, ketika saya sudah lulus, saya sempat bertemu dengan beliau di angkot. Beliau ternyata juga mengajar di salah satu sekolah di Jakarta. Saat itu mungkin beliau tidak mengingat saya dengan jelas, tetapi beliau tahu bahwa saya adalah salah satu muridnya. Kami mengobrol tentang anak beliau yang akan berkuliah dan mengambil jurusan psikologi (kalau tidak salah). Meski bukan jurusan keagamaan, ternyata beliau sangat mendukung keinginan anaknya tersebut. Saya tak menyangka, itu terakhir kalinya saya bisa mengobrol dengan beliau. Terakhir bertemu beliau, saya hanya bersalaman ketika saya dan teman-teman seangkatan bersilaturahmi setelah lebaran. Sayangnya, lebaran tahun lalu, saya tidak ikut bersilaturahmi ke rumah beliau.. :(


Inna lillahi wa inna ilaihi rooji'uun.. Allahummaghfirlahu warhamhu wa'fuanhu.. terima kasih, Pak.. telah berbagi ilmu, pelajaran, dan pengalaman. Doakan kami agar kami bisa mengamalkan ilmu-ilmu yang telah Bapak sampaikan, mencintai Allah dan Rasulullah seperti yang sering kali Bapak ajarkan, mengamalkan sunnah-sunnah Rasulullah seperti yang telah Bapak lakukan.. 

Allahu yarham ustaadzanaa Maulana Zyulal Noor, saya yakin, Rasulullah dan para shahabat pasti akan menyambut Bapak di surga...Allahummaj'al qobrohu raudhatun min riyaadhil jinnah.. aamiiiin..

2 komentar:

  1. Kehilangan guru akan membuat betapa berartinya mereka bagi kita. Tetap berdoa untuk mereka adalah cara kita untuk membalas jasa-jasa beliau. Al-fatihah

    BalasHapus
  2. semoga amal ibadah nya di terima si sisi alloh.! Amiin


    Cara Mengobati Gendang Telinga Pecah

    BalasHapus