Kamis, 23 Februari 2012

Chemistry antara Kendaraan dan Penggunanya


Percaya gak kalo kendaraan dan penggunanya harus punya chemistry? Kok kesannya kaya kendaraan itu pacar kita ya? :p Tapi, memang ini kok yang saya rasakan. Dulu, saya sayang sekali dengan motor mio saya (Gimana nggak, kan dia yang selalu anter saya ke mana-mana. Dia yang membawa saya ke kampus, ke tempat makan, pokoknya ke mana-mana. Saya menyebutnya my luvly Mio (*eaaaa.. :p). Untuk di sini, saya perkenalkan, nama aslinya Mio, motor keluaran Yamaha jenis mio. Mio punya warna yang cukup elegan menurut saya, abu-abu metalik. Sudah beberapa kali dicat, kadang-kadang jadi abu-abu agak cokelat, kadang-kadang abu-abu gelap, kadang-kadang abu-abu terang. Intinya sih, tetap abu-abu :D.
Lucunya, saya juga kadang merasa kalau Mio ini punya perasaan seperti manusia. Kalau, saya sedang kesal atau marah, dia juga suka ngambek. Tapi kalo saya mohon-mohon n minta maaf (dalam hati), dia juga mau baikan lagi (beda tipis nih antara memahami perasaan motor sama gila, hahaha…) Yaah, pokoknya begitu. Saya punya banyak sekali kenangan dengan Mio. Terlalu banyak, sampai saya sendiri tidak dapat menyebutkannya satu per satu. Boleh dibilang, Mio adalah salah satu sahabat terbaik saya selama saya menjalani kuliah. Dia ikut memiliki andil dalam gelar sarjana yang saya raih (ini apa sih? :D).
Sampai akhirnya, situasi dan kondisi yang kemudian menjadikan kita untuk nggak lagi bersama. Dia di Bandung, saya di Bekasi. Kali ini, Mio harus digunakan adik saya. Sedih saat itu, tapi saya pikir, yaa mungkin Mio pun bisa mengantar adik saya sampai adik saya jadi sarjana seperti yang telah Mio lakukan kepada saya (baik ya kamu.. :*). Demi alasan itu, saya merelakan Mio. Mio tidak pernah menyakiti saya, kami berpisah karena situasi dan kondisi yang memaksa kita untuk berpisah. Bagaimana dengan saya? Mau tidak mau, ada satu kendaraan yang akan menemani saya bekerja setiap hari. Perkenalkan, namanya adalah Vio. Motor keluaran Honda jenis vario, berwarna merah dan hitam.
Saya ingat, awal-awal saya menggunakan Vio, sangat tidak nyaman. Badan Vio jauh lebih besar, begitu pula dengan bobotnya. Kadang-kadang saya juga suka mengata-ngatainya babon (jahat banget sih…). Saya beberapa kali sempat hampir terjatuh karena harus menaham beban beratnya yang tidak seperti Mio. Saat itu, sering sekali saya merindukan Mio. Suka mengkhayal gak jelas, kira-kira Mio dirawat dengan baik gak yaa nun jauh di sana… Bagaimana nasib Vio? Walaupun awalnya saya tidak terlalu suka, toh mau tidak mau saya sadar, Vio lah yang saat ini selalu ada buat saya. Jadi, kenapa tidak saya beradaptasi dengan yang baru ini, meski awalnya memang berat....bobotnya (tetep).
Suatu hari, sempat adik saya membawa Mio ke rumah. Saya rindu berat. Sempat saya mengelus-elusnya selama beberapa saat, sambil ngomong dalam hati “Halo Mio, gimana kabar kamu? Semoga kamu sekarang jauh lebih bahagia ya..” *eaaaaaa  xD. Ternyata… setelah saya berkesempatan menggunakan Mio lagi, saya kecewa. Mio pasti gak bahagia. Banyak sekali yang berubah dari dia. Ban jadi tambah kecil. Bodi jadi ada macem-macem. Belom lagi suaranya yang jadi makin berisik. Saya  sedih. Saya juga sempat protes, kenapa Mio jadi kayak gitu. Yah tapi..lagi-lagi saya harus menyadari. Sekarang, Mio bukan milik saya lagi. Saya nggak bisa lagi ngatur-ngatur. Meski saya juga yakin, perasaan Mio pasti tidak terima digituin, tapi mau bagaimana lagi. Saya hanya berpesan kepada adik saya untuk menjaganya baik-baik, kalau bisa malah lebih baik dari yang saya lakukan dulu :’(.
Hari demi hari saya jalani bersama Vio. Dibanding Mio, Vio ternyata memiliki kelebihan yang jauh lebih banyak. Soak breakernya oke. Jok-nya lebih empuk. Selain itu, minumnya pun lebih sedikit. Semakin hari, chemistry di antara saya dan Vio pun tumbuh. Saya akhirnya menyayangi Vio (emmm…ini kok yaa, agak aneh yaa nulisnya… f(-____-;)). Vio bahkan pernah saya mandiin sendiri, Mio aja dulu gak pernah. Mio lebih sering saya bawa ke salon langganan. Tapi tetep kok, kalo abis dicuci trus keujanan, pasti saya elus-elus lagi sesampainya di tempat teduh :p. Dulu, kalau saya bandingkan jasanya Mio dan Vio, Vio selalu kalah jauh. Mio sudah membawa saya ke tempat yang lebih jauh, sedangkan Vio masih sekitar itu-itu saja. Jasanya Mio memang besar, sangat besar. Tentu saja, saya menjalani 3 tahun bersama Mio. Sedangkan Vio, baru 1 tahun (bulan Februari ini). Tapi jasa-jasa Vio juga tidak sedikit.
Dan sekarang… Mio sudah benar-benar ada di rumah. Adik saya sudah menggunakan motor sebelumnya yang sudah diperbaiki mesin dan segala-galanya itu. Saya sudah dapt lagi menggunakan Mio kapanpun saya ingin. Hari ini, saya kembali menggunakan Mio. Sekalian untuk tes, kalau-kalau masih ada yang terasa kurang dan perlu diperbaiki. Bagaimana rasanya? Hmmmm… mungkin rasanya seperti disuruh untuk balikan lagi sama mantan ketika kita sudah merasa jauh lebih nyaman dengan pacar yang baru, huahahhaa… Mio-nya baik, tapi tetap saja berbeda. Rasanya tidak lagi seperti dulu. Mungkin karena yaa sebelumnya dia digunakan orang lain dan bukan saya. Jadi, mungkin saja saya lebih mengenal Vio yang sekarang dibandingkan Mio yang sekarang. Mio yang sekarang tentu lebih dikenal oleh pengguna terakhirnya. Buktinya, untuk Mio ini, sebelum menggunakannya, ada rentetan pesan dari adik saya yang harus saya ingat. Saya merasa tidak mengenal Mio yang sekarang, buta. Dan kembali lagi, mungkin saya harus kembali beradaptasi. Saya memang maskih merasa kurang nyaman dengan Mio yang sekarang, tetapi saya tidak menyesal. Setidaknya, Mio membuat saya bernostalgia selama perjalanan hari ini, hehe.. Sekian, salah satu hal yang saya pikirkan hari ini. Tetaplah bersemangat, karena di dalam semangat selalu ada harapan J.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar