Yak, kita lanjutkan
cerita tentang perjalanan di Sawarna yaaa.. maaf ya karena sempat tertunda,
malah tadinya lupa kalau udah nulis bagian satunya..hehehe...
Hmmm.. sampai mana
kemarin? Oiya, sampai hendak menyeberang ke jembatan goyang ya? Ternyataaa..
jembatan itu adalah satu-satunya jalan menuju pantai yang kami tuju. Mau tidak
mau kami melewati jembatan itu. Tentu saja dengan was-was yang melingkupi. Bagaimana
tidak, saat itu jembatan tidak hanya dilewati orang-orang yang berjalan kaki,
tetapi juga yang berkendara motor -___- Sempat parno, kalau di tengah-tengah
trus putus, gimanaaa? *drama*
menembus ombak |
Selesai melewati
jembatan, fiuuuuhh.. ternyata penderitaan tak sampai di situ. Efek
goyang-goyang *baca: kepala pusing* masih menggayuti kami dalam perjalanan
menuju pantai. Hanum juga terus-terusan ngedumel karena dia tidak suka melewati jembatan itu.. *siapa juga yang
suka?haha..*
berjaket dan berpayung di pantai |
Setelah berjalan
sekitar... hmmm... mungkin 15 atau 20 menit, sampailah kami di tepi pantai. Sayang...
pantainya kotor karena abis hujaaan.. T.T
Saya sedikit kecewa karena tak dapat bersua dengan biru jernihnya air
laut. Yang ada hanya coklat keruhnya. Selama di pinggir pantai itu, Tommy dan
Kenny senang sekali bermain dengan ombak, beberapa kali berusaha melawan deru
ombak, melompat, berlari, bahkan sampai hampir ke tengah pantai. Sore semakin
dekat, langit pun semakin mendung, tampaknya hujan akan kembali turun. Saya yang
duduk di tepi pantai memandang laut dengan memakai jaket dan payung. Sungguh
pemandangan yang kontras, di pantai tapi pakai jaket dan payung.. hahaha..
Puas bermain di sana sekitar satu jam, kami
kembali menyusuri pantai. Berjalan di atas pasir menuju pantai berikutnya. Ya,
kami seperti belum menemukan pantai yang “pas”. Sampai akhirnya, mungkin
setelah berjalan sekitar 30 menit, kami tiba di sebuah pantai dengan batu
menyerupai bukit. Ada papan penunjuk kecil di sekitar situ bertuliskan: Tanjung
Layar.
menyusuri pantai |
Horeeee.. sampailah
kita ke Pantai Tanjung Layar. Untuk sampai ke Bukit yang menjulang itu, kami
harus melewati air hingga batas pinggang. Kami harus ekstra hati-hati juga,
dengan keadaan seperti itu, kami dapat tiba-tiba terjatuh karena adanya empasan ombak dari arah laut. Sulit pula memilih jalan karena ada banyak batu karang dengan
ukuran berbeda-beda di bawah air, itu pula yang membuat jalan menuju bukit
cukup sulit dilalui.
Bukit di Pantai Tanjung Layar |
Sampai akhirnyaa,
Yeeeay, kami sampai di bukit! :D Berfoto-foto narsis di sana. Namun, entah
kenapa, ketika sampai di tengah bukit itu, ombak memecah dengan dahsyat. Empasan
airnya membuat jalan dari bukit menuju tepian pantai menjadi semakin sulit
karena air yang semakin tinggi. Petugas pantai pun memberikan peringatan agar
para pengunjung segera kembali ke tepi pantai. Namun, seolah tak mengindahkan
peringatan petugas, justru semakin banyakk orang yang berdatangan ke bukit,
banyak di antara mereka yang membawa peralatan foto yang canggih. Mereka justru
ingin mengabadikan momen-ombak-besar-mengerikan yang terpecah di batu karang. Padahal
ombaknya besar sekali loh! Saya pribadi, segera menjauh dan berusaha untuk
kembali ke tepian pantai *gak bisa berenang soalnya..hahahaha..*
Ini sedang hujan looh.. gak keliatan ya? |
Yak, dan ternyata
memang jalanan yang kami lalui jadi lebih sulit dari sebelumnya. Air sudah
semakin pasang yang membuat baju juga semakin basah.. Kami sempat beristirahat
sejenak di warung sekitar pantai. Segelas energen hangat benar-benar terasa
nikmat saat itu *efek lapar juga sih kayanya* :D
Sudah semakin
sore,kami harus kembali ke penginapan. Tiba-tiba... hujan turun. Iya HUJAN,
bukan GERIMIS :D. Kami lantas menunda untuk sementara waktu. Semakin lama kai
berteduh di warung, semakin banyak pula jajanan warung yang melompat ke lambung
kami :D Kami sudah semakin lapaar..hahahha...
Sampai akhirnya,
ketika hujan sudah pelahan menjadi gerimis. Kami putuskan untuk kembali. Lagi pula,
baju kami juga sudah basah, jadi sekalian saja kami hujan-hujanan :D.
Kami tiba di
penginapan pas magrib. Langsung berebutan antre mandi. Yang sudah mandi segera
leyeh-leyeh di kasur. Niat kami malam itu, kami akan membeli ikan bakar untuk
makan malam. Apa daya, setelah mandi, tampaknya hanya Hanum dan Juned yang
masih punya tenaga ekstra, jadi cuma mereka yang bisa (atau terpaksa? :D)
keluar untuk beli makan. Yang lain (terutama saya) sepertinya sudah tidak
peduli akan makan atau tidak malam itu. Rasanya lem di kasur menempel rekat
sekali :D Kalau tidak dipaksa Kenny, mungkin saya juga tidak mau membuka mata
(dan mulut) untuk meneguk teh manis hangat yang sudah disediakan pemilik
penginapan. “Nih, biar perut lo gak sakit..” So sweet banget sih? *dibanting
Kenny* :D
Tiba-tiba ombaknya membesar |
Tapi, makasih Hanum n Juned.. Berkat kalian, kita jadi bisa makan ikan bakar malam itu, entah mereka cari di mana :D Selesai makan, apalagi acaranya? Yak, semua sudah pada posisi masing-masing untuk tidur! :D Bahkan, kami tidak mendengar bisingnya suara terompet dan petasan di malam hari. Saat itu mungkin kami lupa, atau hanya beberapa yang ingat sampai rela menunggu petasan membuncah? *llirik Hanum* :P Yang jelas, kami terbangun keesokan paginya, 1 Januari 2013 J
Oke, di tulisan ini gue bintang utama sepertinya, ditambah ada frase direpetisi beberapa kali, "Kami sudah semakin lapar."
BalasHapusKisah lama yang baru diungkap ini bikin gue nistalgoa ke sana. Jadi kangen trip lagi dengan kalian, paket komplit. :D
Hahaha.. horeee..Hanum jadi bintang utamanyaaa! :D
BalasHapusiyaa.. mauuu.. next trip yaaa.. ;)