|
Gurun Pasir di Pangumbahan |
Haloo..maaf agak lama melanjutkan postingan sebelumnya,
biasalah karena ada satu dan lain hal (terutama malas yang merajai), jadilah
baru kali ini saya dapat melanjutkan cerita penjelajahan di Ujung Genteng.
Hmm..sekarang udah episode perjalanan menuju Pantai Pangumbahan ya? Hehehe...
Yok kita lanjutkan perjalanan, kapteeen! :p
|
Dari bangunan konservasi menuju pantai |
Perjalanan menuju Pangumbahan ternyata tak sedekat yang saya
kira...hahahaha.. Padahal tadinya udah nekat mau jalan kaki! :p Perjalanannya
lumayan jauh, maaf saya tidak bisa memperkirakan seberapa jauhnya karena
sebenernya saya juga kurang mengerti masalah ukuran jarak :D. Nah, jarak yang
lumayan jauh ini semakin terasa jauh karena kondisi jalan yang berbatu dan
bikin badan bergoyang-goyang. Kami juga sempat melewati jalanan sempit dengan
rumah yang tampak seperti tempat uji nyali, untungnya tidak ada penampakan dari
situ :p. Sepanjang jalan yang kami lalui, pemandangan kanan dan kiri kami
adalah rumah-rumah penduduk. Kami jadi seperti berjalan di antara gang-gang perumahan.
|
penyu besar |
Di dalam mobil, semakin
jauh perjalanan, semakin besar pula rasa penasaran kami. Jangan-jangan kami
tersesat. Sekitar 15 menit perjalanan, kami menemukan bangunan berpagar tinggi,
kami pun masuk untuk menanyakan di mana letak konservasi penyu Pantai
Pangumbahan berada. Ternyata, di situlah tempatnya, saudara-saudara! Petugas
meminta kami memarkir mobil dengan benar dan mempersilakan kami untuk masuk ke
dalam lingkungan konservasi. Kami belum melihat pantai di sini. Jadi, di mana Pantai Pangumbahan itu? :D
|
ada tukik albino :D |
|
Di gerbang gurun :D |
Ternyata, letak Pantai Pangumbahan ada di dalam. Setelah melewati gerbang, kami melihat beberapa kandang berpasir, ada juga yang berisi bak
berair. Ya, ada beberapa penyu di sana. Ada yang berukuran besar, sangat besar,
bahkan, ada pula penyu kecil yang bule alias albino. Sayang, foto yang kami
dapatkan kurang jelas. Kandang itu hanya berupa pasir yang dipagari cukup
tinggi, tapi ada plastik yang menutupi pagar sehingga kalau kami ingin melihat,
kami harus melihatnya dari atas pagar. Untung di sekitar situ ada kursi kayu
nganggur, jadilah kami menaiki itu untuk melihatnya..hihihihi...:p
|
lomba lari di pantai, asyik!!! |
|
silau meen!! :p |
Pantai Pangumbahan memang dijadikan tempat konservasi penyu.
Sebenarnya, konservasi penyu itu sendiri ada beberapa pos di Pangumbahan, tapi
hanya pos pertama (tempat yang kami datangi ini) yang terbuka untuk umum. Pos yang
lain hanya boleh dikunjungi oleh petugas konservasi. Untuk masuk ke konservasi
ini, kami membayar Rp5.000,00/orang. Uang tersebut akan digunakan untuk kegiatan
konservasi penyu di sini. Pada pukul setengah
enam sore, akan ada kegiatan pelepasan tukik (anak penyu), dan memang kegiatan
itu yang ingin kami lihat. Dan saat kami sampai di sana, waktu baru menunjukkan
pukul setengah empat. Yasudahlah, kami dapat bermain di pantai sambil menunggu
waktu untuk berjumpa dengan tukik-tukik itu :). Sebelum masuk pantai, petugas
mengingatkan kami untuk tidak bermain terlalu dekat dengan pantai karena
ombaknya yang besar.
|
bocah (sok) kota yang ndeso :p |
|
di antara pengunjung yang ramai |
Begitu kami memasuki wilayah pantai, hmm..subhanallah... kami
justru melihat dataran berpasir yang begitu luas. Sungguh pemandangan indah
ciptaan Yang Maha Sempurna. Beberapa di antara kami justru bingung karena kami
seperti berada di tengah-tengah gurun pasir. Tak ada air, apalagi tukang es
buah! :D Cuacanya memang panas, tapi angin juga tak berhenti berhembus sehingga
kami tak merasa kepanasan. Layaknya bocah (sok) kota yang baru sampai ke
pantai, kami langsung menikmati keindahan di depan mata ini. Saat itu pantai
masih sangat sepi, seperti pantai milik kami sendiri :p. Kegiatan yang kami
lakukan pun bermacam-macam, mulai dari yang biasa seperti foto-foto, sampai
yang agak absurd seperti lomba lari, tapi sayang, kami tidak sempat bikin video
klip ala One Direction :p. Oh iya, di sini kami belum melihat air lautnya, kami
hanya dapat mendengar gemuruh ombaknya. Kami pun berjalan agak ke depan untuk
melihat lautnya. Daaaaaan... Segala pujian pun terucap bagi-Nya... hanya Dia yang mampu mencipta
seindah panorama saat itu.
|
look at the sun! |
Ombak pantai ini memang begitu besar. Agak seram melihatnya
bergulung-gulung ke tepi pantai. Mungkin karena itulah pasir di pantai ini
begitu halus, hampir seperti tepung terigu. Hanum mulai mengumpulkan beberapa
kerang dari pasir. Bentuknya benar-benar halus seperti diamplas, tapi ini
amplas alami :). Tak terasa, semakin banyak orang di antara kami. Waktu pun
menunjukkan pukul setengah enam sore. Petugas mulai datang dengan membawa bak hitam
berisi tukik. Kami, para pengunjung, dikumpulkan untuk diberi pengarahan. Para pengunjung
tidk diizinkan untuk membantu tukik ketika para tukik berjalan menuju laut.
Tidak boleh membalikkan badan tukik ketika tukik terbalik karena empasan ombak.
Pengunjung hanya boleh memotret dan merekam video. Ya, betapapun perjuangan
tukik untuk sampai ke laut, mereka tetap harus berusaha sendiri.
|
semangaaaaaaaattt!!! \(^.^)/ |
Sore itu, ada sekitar 90 tukik yang dilepaskan. Tukik-tukik
itu baru berumur satu hari. Kenapa harus dilepaskan pada sore hari seperti ini?
Supaya tukik-tukik ini tidak dimangsa oleh hewan lainnya. Sesaat sebelum tukik
dilepaskan, kami sudah membagi tugas, ada yang memotret, ada juga yang
mem-video-kan. Akhirnya, tukik pun dilepaskan. Suatu peristiwa yang mungkin tidak
akan saya lupakan. Bahwa ternyata perjuangan tukik-tukik ini begitu
mengagumkan.
|
pantang menyerah, yeaayyy!!! |
Ombak mengempaskan mereka sampai tubuh mereka terbalik. Tetapi mereka
berusaha bangkit dan berbalik lagi. Kejadian itu pun tak hanya berlangsung
sekali, tapi berkali-kali. Beberapa orang pengunjung semakin maju dan maju
untuk melihat tukik tersebut, tapi saya justru menjauh mundur. Saya takut
justru nanti akan menginjak tukik yang terkena empasan ombak, maklumlah..
walaupun kaki punya mata, tapi tidak bisa melihat.. :p
|
langkah meninggalkan jejak ;) |
Matahari pun mulai mundur malu-malu menuju peraduannya. Waaaaaahhh...sunset!
Meski tak jelas terliihat, jingganya langit menemani sore kami. Menemani perjalanan
panjang si tukik menuju laut. Konon, menurut petugasnya, dari sekitar 100 tukik
yang dilepas, mungkin tak lebih dari 10 tukik yang bisa bertahan hidup. Luar biasa
memang perjuangan tukik ini. Itu sebabnya ada konservasi ini. Bahkan saat baru
berupa telur, banyak calon tukik yang tidak selamat. Banyak pula penyu yang
tidak bisa bertelur karena berbagai gangguan. Kata petugasnya, ketika bertelur,
keadaan di sekitar penyu harus gelap dan sepi. Waktu bertelurnya sekitar tengah
malam sampai dini hari.
Bertambah lagi pelajaran yang saya petik dari perjalanan ini.
Memang, selalu ada pelajaran dalam setiap perjalanan. Setidaknya, itu menurut
saya. Begitu pula dari perjalanan di Pangumbahan ini. Perjuangan tukik yang
unik ini semakin menambah rasa syukur saya. Dari tukik ini saya belajar.
Bahwa tak ada hidup yang mudah. Semua butuh perjuangan, tidak sedikit dan tidak
sesaat. Selama kita hidup, selama itu pula kita tetap harus berjuang.
|
Sunset at Pangumbahan |
Terima kasih,
untuk uniknya sebuah pelajaran, wahai tukik lucu. :) Oiya, satu lagi
pelajarannya, kalau ke sini dengan jarak waktu yang cukup lama sampai waktu
pelepasan tukik, ada baiknya membawa camilan dan minuman secukupnya, karena di
Pantai Pangumbahan tidak ada penjual makanan..hahahaha.. Untungnya, saat itu
naga-naga di perut kami terselamatkan dengan sekantong pilus dan sebotol besar
air mineral :D Tapi ternyata itu belum cukup, sebentar lagi waktunya makan
malam. Yuk mareee kita bergegas ke tujuan berikutnya... ;)
|
lompatan yang kurang kompak :p |
|
formasi langkap yang kurang lengkap tanpa Kenny :D |
Di antara semua episode trip before ramadhan, gw rasa ini tulisan yang terbaik (sok jadi kritikus). hahhaahah. Keren rin!
BalasHapusbtw tukik itu bahasa lain penyu ya? hooo gw baru tau :p
cemungudh kakak! :D btw itu foto2 gw diaku2 jelajah jejak bayar royalti dulu sama yg motret nih, :P @hanum: mentang2 lg kuliah teori kritis :P
BalasHapus@Hanum: Tukik itu anak penyu/penyu kecil. Kalo yg udah berumur namanya baru penyu.. :D
BalasHapus@Ageng: Ini foto dari koleksi pribadi kita kan.. gw, lo, Hanum, n Lia.. jd royaltinya untuk bersama ajaa.. :p