|
Jalanan "tidak ramah" buat mobil |
|
Gapura Desa Pangumbahan |
|
Peta Wisata Ujung Genteng |
Jalanan
menuju Pantai Pangumbahan berbatu dan berdebu. Baru sebentar berjalan, kami
sudah disambut gapura yang menyatakan selamat datang di desa Pangumbahan. Tak melewatkan kesempatan itu, saya dan Ageng pun langsung berfoto di situ.
Ternyata ada patung penyu juga. Saya pun semakin semangat menuju Pangumbahan.
Pasti tempatnya tidak jauh dari sini, begitu pikir saya awalnya. Tak sengaja,
kami melihat peta Ujung Genteng di dekat gapura tersebut.
Waaah..ternyata perjalanannya
cukup panjang, hahaha.. Kami dapat melewati beberapa pantai untuk sampai di
Pangumbahan. Ya sudahlah, hajar saja. Toh kan memang mau menikmati pemandangan.
Saya dan Ageng pun melanjutkan berjalan.
|
Patung penyu |
Saat
melihat peta itu, kami baru tahu kalau ada tempat pelelangan ikan di Ujung
Genteng. Harusnya, kami sudah tahu ini sebelumnya, kan namanya juga pantai,
masa nggak ada ikannya? :D Saat itulah tercetus keinginan untuk dinner di
pelelangan ikan. Ssluuurrrpp… air liur ini hampir saja melompat membayangkan
berbagai hidangan seafood yang menjadi menu dinner kami nanti. Peta yang kami
lihat ini sepertinya memang peta yang diperlihatkan untuk para wisatawan yang
ingin berkunjung ke Ujung Genteng dan sekitarnya. Seingat saya, pantai paling
ujung di peta itu ya Pantai Pangumbahan, sedangkan ujung satunya lagi adalah
tempat pelelangan ikan. Siplah, kami sudah mulai bisa mereka-reka.
|
sepertinya peternakan :D |
|
Rerimbunan di Cibuaya |
Selama
perjalanan, kami melihat beberapa orang bermobil dan bermotor melihat dengan
tampang aneh cenderung kasihan melihat kami. Apa yang aneh ya dari kami?
Jangan-jangan kami salah jalan, saya dan Ageng pun sempat bimbang. Apakah kami
berada di jalan yang benar? :D. Sebab, ada lagi satu jalur di dekat pantai yang
dilalui oleh beberapa motor. Jalur yang saya dan Ageng lalui justru lebih
banyak dilewati oleh mobil. Jalur ini dihiasi berbagai macam penginapan di
samping kanan dan kiri. Kami juga sempat melewati wilayah yang sepintas terlihat
seperti peternakan. Ada sapi, kuda, dan domba juga di situ. Kami memutuskan
terus berjalan sampai kami melihat sebuah pantai di sebelah kiri. Pantai yang
birunya membaur dengan langit. Kami pun segera menyeberang ke jalur satunya,
melewati sebuah komplek penginapan. Ternyata pantai inilah yang memang akan dilewati ketika hendak ke
Pangumbahan. Melihat ombaknya yang dekat, kami tergiur untuk singgah terlebih
dahulu di sini, Pantai Cibuaya.
|
Pantai Cibuaya |
|
Pasir Kerikil di Cibuaya |
Pasir di
pantai ini cenderung kasar. Lebih kasar dibanding pasir di pantai depan penginapan
kami. Bisa dibilang, ini bukan pasir. Lebih tepat disebut butiran
karang dan kerikil. Mungkin karena itu ya, pantai ini disebut Cibuaya, kasar
seperti kulit buaya *ngasal* :p. Suasana di Pantai Cibuaya ini luamayan adem
karena ada banyak pohon di sisi-sisinya. Banyak juga beberapa penjual makanan
dan…. ES BUAH! Sepertinya segar banget nih kalau minum es buah di pinggir
pantai dengan cuaca panas seperti ini. Saya sempat mengutarakan keinginan saya
untuk minum es buah, Ageng setuju. Tapi kami berniat untuk bermain di pantai
dulu baru minum es buah.
|
Biru Langit |
Kami
menyapa air laut di pantai ini sejenak. Berfoto di tepiannya *tetep*. Ageng
sempet nyebur, tapi saya tidak. Cukup memainkannya dengan tangan saya :D. Kalau
di pantai sebelumnya saya berjalan tanpa alas kali, di pantai ini saya tetap
memakai alas kaki saya. Batu-batuannya menusuk soalnya :D. Karena sudah agak
sore, birunya langit saat di pantai ini terlihat begitu menawan. Saya baru
menyadari ketika melihat foto hasil jepretan Ageng. Langitnya biru cerah! :).
Sudah lumayan bermain air dan berfoto-foto. Saya dan Ageng memutuskan untuk
kembali berjalan. Ya, perjalanan menuju pangumbahan masih panjaaang :D.
|
Birunya Cibuaya |
Baru
sejenak kami beranjak, telepon saya berbunyi, ternyata Hanum. Hanum memberi
kabar kalau dia dan yang lain sudah dalam perjalanan menuju Pangumbahan. Saya
dan Ageng pun bergegas ke tepian pantai yang mendekati jalanan. Kami
mengurungkan niat kami untuk beli es buah, khawatir Hanum dan yang lain keburu
lewat. Ya, setelah kami pikir-pikir, kami lebih baik naik mobil saja daripada
berjalan. Toh tujuan utama kami memang Pantai Pangumbahan. Lama sekali kami
berdiri di tepian jalan, mengamati mobil berwarna silver yang lewat satu per
satu. Kalau saat itu kami beli es buah, sebenarnya masih bisa. Sayang, kami
terlalu terburu-buru :D.
|
main aiiirrrr... |
Ternyata,
karena jalanan yang kurang baguslah yang menyebabkan mobil tidak dapat berjalan
terlalu cepat. Saya sempat menanyakan Ageng, apakah dia hapal plat nomor si
silver itu. Ternyata, tidak. Kami sama-sama bingung menentukan mobil mana
yang membawa teman-teman kami. Pasrah, kami pun berharap memang mereka belum
melewati kami. Sebab, kami memang berdiri tidak persis di pinggir jalan.
|
Langit di Cibuaya |
Kami
berdiri di dekat pantai. Sampai akhirnya, kami melihat mobil silver yang di
dashboard-nya ada boneka angry bird! Ya, kami ingat! Itu pasti si silver, mobil
yang membawa teman-teman kami. Saya dan Ageng lompat-lompat sambil melambaikan
tangan, seolah-olah kami adalah anak yang tersesat di sebuah pulau antah
berantah :D. Alhamdulillah, mobil menepi. Di dalamnya, kami menemukan
wajah-wajah familiar. Karena kami tidak mau menyia-nyiakan si silver yang sudah
bersedia mengangkut kami, saya dan Ageng memutuskan untuk bergabung dengan
Juned, Ail, Hanum, dan Lia di dalam mobil :D. Yeah, ayo kita lanjutkan
perjalanan menuju Pantai Pangumbahan!
|
perjalanan masih panjaaaang.. :D |
awesome....... Cibuaya...
BalasHapusini dia!!
BalasHapusUjung Genteng tuh sebetulnya seru ya, hanya memang jalannya cukup panjang kesana. Tapi itu dia, jadi banyak cerita kan?! Ini masih berlanjut kan ya. Oh ya, jangan lupa kirim email ke kami ya Rien:)
BalasHapus